Selain itu, Olimpiade juga telah menjadi ajang yang menampilkan atlet diplomasi secara langsung. Contoh paling segar adalah ketika atlet Korea Selatan dan Korea Utara berjalan bersama dalam upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang pada tahun 2018. Momen ini menjadi simbol harapan untuk perdamaian dan dialog antara dua negara yang terpisah oleh konflik berkepanjangan. Melalui tindakan simbolis ini, olahraga internasional mampu melampaui batasan-batasan politik yang rumit dan menyatukan individu dari latar belakang yang berbeda.
Athlet diplomasi juga dapat dilihat di tingkat regional. Banyak negara menggunakan olahraga untuk menjalin kerjasama di kawasan. Misalnya, program-program pertukaran atlet antara negara-negara ASEAN tidak hanya berfokus pada pengembangan keterampilan olahraga, tetapi juga memperkuat hubungan antarnegara. Kegiatan ini menciptakan jaringan informal antara atlet yang berpotensi menjadi duta negara mereka di masa depan, membangun hubungan yang kuat di luar arena kompetisi.
Namun, peran atlet dalam diplomasi bukan tanpa tantangan. Banyak atlet menghadapi tekanan besar untuk tidak hanya berkinerja baik di bidang olahraga, tetapi juga diharapkan untuk mematuhi norma dan pandangan politik yang ada. Hal ini bisa menciptakan dilema bagi atlet yang mungkin merasa terjebak antara komitmen profesional dan tanggung jawab sosial. Beberapa di antaranya bahkan harus menghadapi kritik jika mereka berani mengambil posisi atas isu-isu politik sensitif.