Dampak dari suap menyuap dan saling sikut jauh melampaui kerugian finansial semata. Ini adalah racun yang merusak berbagai sendi kehidupan:
Kerugian Finansial Negara: Dana publik yang seharusnya dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, atau layanan dasar lainnya, lenyap ke kantong-kantong pribadi. Ini berarti jalan-jalan rusak tak diperbaiki, sekolah-sekolah kumuh, rumah sakit kekurangan fasilitas, dan masyarakat miskin tetap terjebak dalam lingkaran kemiskinan.
Erosi Kepercayaan Publik: Ketika masyarakat menyaksikan pejabat yang seharusnya melayani justru terlibat dalam praktik kotor, tingkat kepercayaan terhadap institusi pemerintah akan merosot tajam. Hilangnya kepercayaan ini bisa memicu apati politik, ketidakpatuhan hukum, bahkan gejolak sosial.
Distorsi Keadilan dan Meritokrasi: Praktik suap menyuap seringkali berarti posisi atau proyek diberikan bukan berdasarkan kompetensi atau kinerja, melainkan karena pembayaran di bawah tangan. Ini merusak prinsip meritokrasi, menghambat orang-orang berintegritas untuk berkarya, dan menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat.
Hambatan Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi: Investor, baik domestik maupun asing, cenderung enggan berinvestasi di negara atau daerah dengan tingkat korupsi yang tinggi. Ketidakpastian hukum, biaya transaksi yang tidak terduga, dan risiko penipuan membuat iklim investasi menjadi tidak menarik, menghambat penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.
Kualitas Layanan Publik yang Buruk: Proyek-proyek yang dikerjakan berdasarkan suap seringkali menghasilkan infrastruktur atau layanan dengan kualitas rendah karena anggarannya dikorupsi. Ini secara langsung merugikan masyarakat yang bergantung pada layanan tersebut.