Selain itu, Andreas juga mengingatkan bahwa harga beras internasional akan menjadi fluktuatif ketika Indonesia membutuhkan beras dalam jumlah besar. Oleh karena itu, pemerintah perlu lebih berhati-hati dalam memutuskan kegiatan impor.
Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional (Bapanas), Sarwo Edhy, mengungkapkan bahwa hingga akhir tahun nanti, akan ada stok beras nasional sebanyak 9,66 juta ton. Namun, jumlah tersebut masih dapat tercapai jika ekspektasi produksi sebanyak 31,57 juta ton tahun ini terpenuhi. Selain itu, rencana impor beras sebesar 3,6 juta ton juga perlu menjadi pertimbangan dalam memastikan ketersediaan beras di dalam negeri.
Menurut Sarwo Edhy, kebutuhan impor beras tidak dapat dihindari jika terjadi kekurangan dalam produksi dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah harus siap mengantisipasi potensi kekurangan tersebut dengan melakukan kegiatan impor.
Pernyataan tersebut memberi sinyal bahwa pemerintah bersiap untuk mengimpor beras dalam jumlah besar sampai 5,17 juta ton. Namun, hal ini harus diikuti oleh kehati-hatian dalam pengambilan keputusan untuk memastikan stabilitas harga beras di pasar domestik dan internasional.
Sebagai negara agraris dengan potensi produksi beras yang besar, Indonesia perlu menjaga kualitas dan ketersediaan beras dalam negeri. Oleh karena itu, kebijakan terkait impor beras harus diambil dengan strategi yang hati-hati untuk mengantisipasi berbagai kondisi, antara lain fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, kondisi cuaca, harga beras internasional, dan potensi produksi beras dalam negeri.
Dalam hal ini, pemerintah dapat mempertimbangkan berbagai skenario dalam kegiatan impor beras, termasuk jumlah impor, asal negara pemasok, dan stabilitas harga beras internasional. Langkah-langkah preventif juga dapat diambil untuk mengurangi dampak fluktuasi harga beras internasional terhadap pasar domestik.