Menjelang pembukaan, antusiasme masyarakat sudah terlihat. Sejak Selasa siang, ribuan orang memadati Tepian Narosa Sungai Kuantan untuk menyaksikan peserta yang sedang melakukan latihan uji gelanggang. Riuh tepukan dayung berpadu dengan sorak-sorai penonton, menghadirkan suasana meriah bahkan sebelum acara resmi dimulai. Salah satunya adalah Vella, warga Kecamatan Denai, yang mengaku sengaja datang bersama teman-temannya untuk menyaksikan latihan peserta. Ia menyebut Festival Pacu Jalur selalu menjadi momen penuh sukacita bagi masyarakat setempat.
Kebanggaan serupa disampaikan oleh Rilan Maulana Putra, peserta dari Desa Pulau Aro. Ia menilai semakin dikenalnya Pacu Jalur hingga tingkat internasional menjadi bukti bahwa tradisi ini bisa sejajar dengan event budaya dunia. Terlebih, dalam beberapa waktu terakhir Pacu Jalur semakin viral di media sosial dan bahkan diperkenalkan dalam forum internasional, termasuk pada perayaan HUT RI ke-80 di Madrid oleh KBRI.
Pacu Jalur sendiri merupakan tradisi unik masyarakat Kuantan Singingi yang diwariskan turun-temurun selama berabad-abad. Lomba ini menggunakan perahu panjang yang disebut jalur, dihiasi ukiran khas, dan diisi oleh 50 hingga 60 pendayung. Keunikan lain terletak pada kehadiran anak coki, penari cilik yang lincah menari di ujung perahu sambil menjaga keseimbangan laju jalur. Kombinasi kekuatan, kekompakan, seni, dan tradisi membuat Pacu Jalur bukan hanya sekadar perlombaan, melainkan juga pertunjukan budaya yang memikat.