“Masalahnya bukan hanya alam yang kering, tapi juga sistem hukum yang longgar,” tegas Rahmat.
Dampak Kesehatan dan Sosial yang Selalu Diulang
Dari infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) hingga gangguan pendidikan akibat kabut asap, masyarakat sipil kembali menjadi korban utama. Ironisnya, mereka paling terdampak tapi paling sedikit didengar dalam pengambilan keputusan.
“Setiap tahun kita sesak napas, dan setiap tahun kita dengar janji penanganan. Tapi realitanya selalu sama,” ungkap Lilis Mariana, warga Palangkaraya.
Kebijakan yang Masih Bersifat Reaktif, Bukan Preventif
Pemerintah pusat dan daerah sering kali baru bergerak setelah api menjalar luas. Padahal, pencegahan melalui patroli, deteksi dini, dan edukasi masyarakat semestinya jadi prioritas. Dana penanggulangan pun kerap terlambat cair.
“Kalau pola pikirnya masih pemadam kebakaran, bukan pencegahan, maka bencana ini akan terus jadi siklus tahunan,” tambah Rahmat.