Pernyataan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI Hasto Wardoyo baru-baru ini ramai disorot. Hasto mengimbau setiap keluarga untuk setidaknya memiliki satu anak perempuan. Menurut Hasto, tren kelahiran saat ini sangat berbeda dibandingkan dengan tahun 1970-an, ketika rata-rata wanita dapat melahirkan 6-9 anak dalam setiap keluarga. Sementara saat ini, seorang wanita hanya melahirkan 1-2 anak.
Berdasarkan data dari World Population Prospect, grafik angka kelahiran atau total fertility rate (TFR) di Indonesia memang terus menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2020 tercatat angka TFR Indonesia mencapai 2,19. Angka itu menurun menjadi 2,17 pada 2021 dan 2,15 pada 2022. Penurunan ini mencerminkan perubahan signifikan dalam pola keluarga dan keputusan reproduksi di masyarakat Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi tren ini, termasuk peningkatan akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan reproduksi, perubahan nilai-nilai sosial, serta pertimbangan ekonomi.
Hasto mengungkapkan bahwa keberadaan anak perempuan dalam sebuah keluarga memiliki banyak manfaat. Anak perempuan sering kali menjadi pilar penting dalam menjaga keharmonisan keluarga dan merawat orang tua di masa tua. Selain itu, mereka juga dapat berkontribusi secara signifikan dalam pembangunan ekonomi dan sosial jika diberikan kesempatan yang setara dalam pendidikan dan pekerjaan. Imbauan Hasto ini mendapat beragam tanggapan dari masyarakat dan pengamat.