Terungkap juga bahwa ada tarif yang dikenakan untuk berbagai jenis modifikasi. Biaya yang dikenakan untuk peluru amunisi bervariasi, yang dapat membayar 20 euro (sekitar Rp336 ribu) untuk peluru mortar, 35 euro (sekitar Rp588 ribu) untuk peluru artileri, dan 100 euro (sekitar Rp1,6 juta) untuk roket Grad. Dengan tarif lebih tinggi, 250 euro (sekitar Rp4,2 juta) untuk video peluru ditembakkan dari howitzer atau peluncur roket, dan 450 euro (sekitar Rp7,5 juta) untuk tayangan first person (FPV) killcam drone.
Melihat kondisi konflik yang sedang berlangsung, modifikasi howitzer dan peluru menjadi sebuah cara untuk menunjukkan dukungan dan pesan politik kepada pihak-pihak yang terlibat. Di samping itu, hal ini juga menunjukkan bagaimana media sosial memainkan peran penting dalam menyebarkan informasi dan bahkan memfasilitasi modifikasi senjata sebagai bentuk ekspresi dalam konflik militer.
Sementara itu, konflik antara Rusia dan Ukraina telah menjadi perhatian global sejak dimulainya operasi militer Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Upaya Rusia disebut sebagai tindakan untuk membebaskan dan melindungi orang-orang berbahasa Rusia di wilayah Donbass, namun pihak Ukraina dan negara-negara Barat sekutunya mengecam hal ini sebagai invasi.