Ukraina telah memastikan bahwa mereka menggunakan rudal HIMARS dari Amerika Serikat (AS) untuk menghancurkan jembatan di Kursk. Rusia menyatakan bahwa senjata dari Barat, termasuk tank dari Inggris dan sistem roket AS, telah digunakan oleh Ukraina di Kursk. Menurut laporan, Washington mengklaim bahwa mereka tidak diberitahu tentang rencana Ukraina sebelum serangan tiba-tiba ke Kursk. Amerika Serikat juga menyatakan bahwa mereka tidak ikut serta dalam operasi tersebut.
Sergei Naryshkin, Kepala Intelijen Luar Negeri Putin, mengumumkan pada Selasa (27/8/2024) bahwa Moskow tidak percaya dengan pernyataan Barat yang menyatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam serangan di Kursk. Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, menegaskan bahwa keterlibatan AS merupakan fakta yang jelas.
New York Times melaporkan bahwa AS dan Inggris memberikan Ukraina gambar satelit dan informasi penting lainnya tentang wilayah Kursk beberapa hari setelah serangan Ukraina. Intelijen ini dimaksudkan untuk membantu Ukraina dalam melacak bala bantuan Rusia dengan lebih baik.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyatakan awal bulan ini bahwa serangan di wilayah Kursk Rusia menunjukkan bahwa ancaman pembalasan Kremlin hanyalah gertakan belaka. Zelensky juga menekankan bahwa Ukraina, karena pembatasan yang diberlakukan oleh sekutu, tidak dapat menggunakan senjata yang dimiliki untuk menyerang beberapa target militer Rusia. Ia mendesak sekutu untuk lebih berani dalam mengambil keputusan tentang cara membantu Kyiv dalam perang.