Dalam laporan tersebut, Albanese menemukan bahwa Bursa Efek Tel Aviv mencatat keuntungan sebesar 213 persen sejak Oktober 2023. Ia menekankan pada ironi yang tajam: "Satu kelompok orang mendapatkan kekayaan, sementara yang lain di dalam masyarakat sama sekali dihapuskan." Selain itu, Albanese juga menyatakan bahwa Israel menggunakan konflik untuk menguji berbagai jenis senjata dan teknologi baru, seperti pesawat tanpa awak dan sistem radar canggih. Menurutnya, kondisi ketidakberdayaan warga Palestina menciptakan "laboratorium ideal" bagi kompleks industri militer Israel.
Dalam laporan yang mendetail, Albanese menyebutkan 48 entitas korporasi, mulai dari produsen senjata hingga lembaga akademis, yang terlibat dalam mendukung "ekonomi pendudukan" yang terjaga oleh aksi-aksi Israel. Di antara perusahaan-perusahaan yang disebutkan adalah Amazon, Microsoft, BNP Paribas, dan Hyundai. "Senjata dan teknologi pengawas yang digunakan, tak pelak lagi, menganiaya serta memata-matai warga Palestina," tambahnya.
Melalui jumpa pers yang digelar di Jenewa, Albanese mengungkapkan bahwa ia telah berusaha memberitahukan semua perusahaan yang di dalam laporan disebutkan, mengenai pelanggaran hukum internasional yang mereka terlibat. "Untuk setiap kasus, saya telah memberikan analisis terperinci dan hukum yang sesuai," tambahnya.
Menurut Albanese, sejumlah 18 perusahaan telah merespons temuannya, tetapi sangat sedikit yang menunjukkan itikad baik untuk bekerja sama. "Sebagian besar dari mereka yang menyangkal kesalahan tampaknya tidak memahami hukum internasional yang dijalankan," tegasnya.