Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menanggapi pernyataan Erdogan dengan menyebutnya sebagai "kebohongan dan hasutan yang berbahaya," dan menuduh pemimpin Turki tersebut telah bekerja selama bertahun-tahun dengan Iran untuk melemahkan rezim Arab moderat di kawasan tersebut.
Sebelumnya, Erdogan telah menerima kunjungan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi di Ankara, di mana keduanya membahas perang Gaza dan upaya untuk memperbaiki hubungan yang telah tak harmonis selama 12 tahun. Hubungan antara kedua negara mulai membaik pada 2020 saat Turki memulai upaya diplomasi untuk meredakan ketegangan dengan rival-rival regional yang terasing, termasuk Uni Emirat Arab dan Arab Saudi.
Erdogan juga telah menyatakan kesediaan Turki untuk mengundang Presiden Suriah Bashar al-Assad "kapan saja" untuk kemungkinan pembicaraan guna memperbaiki hubungan yang putus pada 2011 setelah pecahnya perang saudara Suriah.
Militer Israel mengklaim sedang menyelidiki laporan terkait insiden wanita warga negara asing yang tewas akibat tembakan di daerah yang sama, sementara tidak ada komentar langsung dari kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terkait insiden tersebut.