David Schenker, peneliti senior di Washington Institute for Near East Policy, menyatakan bahwa sejumlah menteri dalam pemerintahan sayap kanan Israel tidak percaya pada solusi dua negara dan memperkirakan ketidaksetujuan Amerika Serikat terhadap peta Israel yang tidak mencakup wilayah Palestina.
Miri Eisen, pakar keamanan dan pensiunan perwira intelijen Israel, menegaskan bahwa Israel tidak ingin memaksakan Timur Tengah baru, tetapi ingin memastikan rezim mullah di Iran tidak mendefinisikan tatanan regional. Kata-kata Netanyahu ditujukan untuk mengakhiri program nuklir Iran dan memulihkan posisi historisnya setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang membuatnya malu secara global.
Dukungan signifikan dari Amerika Serikat (AS) juga diberikan kepada Israel untuk memastikan keunggulan strategisnya dan membatasi ekspor senjata dan ideologi Iran ke proksi-proksinya di kawasan yang mengancam Israel dan negara-negara lain. Namun, dukungan ini juga menekankan pentingnya tidak melewati batas merah yang dinyatakan oleh AS, yaitu menargetkan proyek nuklir Iran dan solusi dua negara.
Selain itu, Israel juga telah mengkampanyekan untuk memperkuat kemitraan ekonomi, keamanan, bahkan teknologi dengan negara-negara Arab yang memiliki persepsi sama tentang "ancaman Iran". AS memimpin proyek normalisasi di kawasan tersebut, dengan menawarkan bantuan ekonomi dan militer serta mempromosikan gagasan bahwa Israel bukanlah ancaman regional bagi negara-negara Arab, melainkan sebagai mitra strategis dalam menghadapi Iran.
Meskipun demikian, perang sejak 7 Oktober 2023 mungkin telah memperlambat volume kerja sama perdagangan antara Israel dan mitra barunya dari negara-negara Arab. Israel telah melakukan upaya menandatangani perjanjian dengan negara-negara seperti UEA, Mesir, Bahrain, dan Maroko, yang meliputi investasi dalam pertahanan, keamanan siber, teknologi finansial, dan energi.