Meskipun pada tahun 2013 dan 2014 terjadi pertempuran hebat di Gaza, proses pembangunan RS Indonesia tetap dilanjutkan hingga keselesaiannya pada pertengahan tahun 2014, dan mulai menerima pasien pertamanya pada tahun 2015. Usaha ini berlangsung meski adanya tantangan besar dari blokade Israel yang menyulitkan akses ke berbagai sumber daya dan material konstruksi.
Peresmian rumah sakit ini dilakukan pada 9 Januari 2016 oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang dilakukan melalui upacara serah terima simbolis kepada pihak Palestina yang diwakili oleh Menteri Kesehatan, Jawwad Awad, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Karya Anak Bangsa
Dalam hampir keseluruhan proses pembangunan RS Indonesia, kontribusi anak bangsa sangat terasa. Partisipasi 43 relawan dari MER-C menjadi saksi bahwa proyek ini melibatkan tenaga dan keahlian lokal yang berkomitmen untuk membantu warga Gaza. Dari perancangan arsitektur hingga pelaksanaan konstruksi, semua dilakukan oleh putra-putri terbaik Indonesia.
Pembangunan rumah sakit ini memerlukan biaya sekitar Rp126 miliar, yang sepenuhnya bersumber dari urunan masyarakat dan organisasi lokal, tanpa campur tangan dana asing. Dr. Henry Hidayatullah, Ketua Presidium MER-C, menegaskan bahwa seluruh pendanaan merupakan hasil penggalangan dari rakyat Indonesia yang peduli.
Ancaman Serangan
Sayangnya, RS Indonesia tidak terhindar dari serangkaian serangan yang dilancarkan oleh pasukan Zionis Israel, meskipun banyak pihak internasional mengecam agresi ini, yang jelas bertentangan dengan hukum humaniter internasional yang melindungi fasilitas medis saat konflik. Pada November 2023, bangsal operasi RS Indonesia mengalami serangan, yang mengakibatkan kerusakan pada peralatan medis yang vital. Pada Oktober 2024, serangan lainnya terjadi, menargetkan lantai atas rumah sakit dan juga merusak area sekitar yang dijadikan perlindungan bagi pengungsi.