Ini berlaku juga untuk diri sendiri. Wabi Sabi mendorong penerimaan terhadap kekurangan diri, proses penuaan, dan kegagalan. Ini adalah tentang menemukan kedamaian dalam realitas bahwa hidup itu tidak selalu sempurna, dan justru dalam ketidaksempurnaan itulah letak keaslian dan keindahan. Menerima rambut beruban atau kerutan di wajah bukan lagi beban, melainkan bagian dari narasi kehidupan yang unik.
Menghargai Kesederhanaan dan Esensi
Wabi Sabi juga mengajak kita untuk kembali pada kesederhanaan. Dalam desain interior, ini berarti memilih objek yang fungsional, terbuat dari bahan alami, dan memiliki tekstur yang kaya, bukan sekadar barang mewah atau mengilap. Dekorasi yang minim, ruang yang bersih, dan fokus pada kualitas daripada kuantitas adalah prinsip dasarnya. Ini adalah tentang menciptakan ruang yang tenang dan menenangkan, yang mempromosikan kedamaian batin.
Di luar benda mati, kesederhanaan juga berarti fokus pada esensi hidup. Mengurangi konsumsi berlebihan, memprioritaskan pengalaman daripada kepemilikan material, dan menikmati momen-momen kecil dalam hidup adalah bagian dari gaya hidup ini. Sarapan sederhana yang dinikmati dengan penuh kesadaran, secangkir teh hangat di pagi hari, atau duduk di bangku taman mengamati daun berguguran—semua adalah manifestasi dari kesederhanaan yang mendalam.
Menerima Kefanaan dan Perubahan
Salah satu pilar utama Wabi Sabi adalah penerimaan terhadap kefanaan (impermanence). Segala sesuatu di dunia ini adalah fana dan akan berubah. Alih-alih melawan perubahan atau berusaha mempertahankan sesuatu agar tetap "baru" selamanya, Wabi Sabi mengajarkan kita untuk menghargai setiap fase kehidupan, termasuk proses penuaan dan kerusakan.