Nowar Diab (21) juga merasa sedih atas dampak pemboman yang dilakukan oleh Israel di Gaza terhadap aktivitas akademisnya.
"Saya seharusnya lulus tahun ini. Saya belajar sastra Inggris dan Prancis di Universitas Al-Azhar, namun universitas itu dibombardir. Perang ini menjadi penghalang antara saya dan impian serta awal karier saya," ujarnya.
"Hari ini saya berdiri di sini untuk menyampaikan kepada seluruh dunia bahwa kami, mahasiswa di Gaza, mengalami kesakitan dan penderitaan setiap hari," tambahnya.
Diab menekankan bahwa meskipun perang yang dilakukan oleh Israel terbilang sangat brutal, namun ketangguhan dan tekad para mahasiswa di Gaza tetap terlihat jelas bagi mata dunia.
Dukungan dari mahasiswa di AS tentu sangat berarti bagi anak-anak dan pelajar Palestina. Dorongan moral dan aksi solidaritas yang mereka berikan dapat menjadi pendorong semangat bagi mereka di tengah situasi yang sulit dan terbatas. Semoga saja, dengan dukungan yang terus mengalir, masa depan cerah dan harapan kembali bisa diperjuangkan oleh generasi muda Palestina.