Tekanan sosial ini dapat berakar dari berbagai sumber. Media massa, industri hiburan, dan bahkan lingkungan pergaulan sehari-hari memainkan peran penting dalam membentuk persepsi tentang kecantikan. Iklan dan tayangan televisi seringkali menampilkan sosok-sosok dengan penampilan yang "sempurna" melalui bedah kosmetik, menciptakan ideal yang sulit dicapai secara alami. Di dunia kerja yang kompetitif, penampilan yang menarik juga seringkali dianggap sebagai aset tambahan. Tak jarang, calon karyawan merasa perlu melakukan operasi plastik untuk meningkatkan kepercayaan diri dan daya saing mereka.
Selain tekanan sosial, faktor lain yang turut berkontribusi adalah kemajuan teknologi bedah plastik di Korea Selatan. Para ahli bedah Korea dikenal memiliki keahlian dan inovasi dalam teknik operasi plastik, menghasilkan hasil yang natural dan memuaskan bagi pasien. Biaya operasi plastik di Korea Selatan, meskipun tidak murah, juga relatif lebih terjangkau dibandingkan dengan beberapa negara Barat, menjadikannya pilihan yang menarik bagi banyak orang, termasuk wisatawan medis.
Namun, di balik popularitas dan kemajuan industri ini, terdapat pula sisi gelap yang perlu diperhatikan. Tekanan untuk melakukan operasi plastik dapat berdampak negatif pada kesehatan mental individu, memicu rasa rendah diri, kecemasan, dan bahkan depresi jika mereka merasa tidak mampu memenuhi standar kecantikan yang berlaku. Fenomena body shaming dan diskriminasi berdasarkan penampilan juga menjadi isu yang serius.