Dalam acara Peringatan Hari Hepatitis Sedunia ke-15 pada Selasa, 30 Juli 2024, BGS mengungkapkan bahwa hepatitis menyebabkan kematian sebanyak 1,5 juta orang setiap tahunnya di dunia, atau sekitar 3.500 orang setiap hari. Angka ini jauh melebihi kematian akibat TBC sebanyak 1,3 juta, HIV sebanyak 630 ribu, dan bahkan lebih tinggi dari kematian akibat malaria sebanyak 608 ribu. Hal yang serupa juga terjadi di Indonesia.
Menghadapi kondisi ini, BGS menekankan pentingnya deteksi dini dan perawatan hepatitis yang terintegrasi. Selain itu, ia juga menyoroti berbagai kendala krusial, seperti keterbatasan sumber data, akses yang tidak merata pada alat deteksi, rendahnya kesadaran masyarakat dalam deteksi dini, ketersediaan vaksin, dan obat-obatan.
BGS mengungkapkan kelemahan di Indonesia terletak pada kurangnya data yang akurat dan terperinci mengenai kasus hepatitis. Data yang hanya berupa perkiraan atau survei tidak mencukupi, padahal informasi yang akurat sangat penting dalam penanganan penyakit menular seperti hepatitis, dengan penanganan yang seharusnya meliputi pendataan secara spesifik. Penyakit ini sangat menular, seperti halnya Covid-19 dan TBC.