Anjing tidak bisa memberi tahu kita keadaan emosional mereka, tentu saja, sehingga para peneliti mengandalkan "perilaku memandang," dan juga pelebaran pupil, yang menurut para peneliti merupakan indikator respons emosional yang baik.
"Kami termasuk di antara peneliti pertama di dunia yang menggunakan pengukuran pupil dalam evaluasi keadaan emosional anjing. Metode ini sebelumnya hanya digunakan pada manusia dan kera," kata Vainio dalam siaran pers universitas.
Menurut penelitian, tanpa tambahan dosis oksitosin, pupil anjing lebih besar saat menatap wajah marah. Itu tidak mengherankan, karena anjing biasanya bereaksi paling kuat terhadap stimulasi yang mengancam atau menakutkan, kata tim Vanio.
Tapi situasinya berbeda saat pooches mendapat tambahan oksitosin.