"Kalau anak pertama ibu, kerja dimana? maaf ni bu, saya banyak tanya" kata profesor lagi.
"kalau anak saya yang pertama jadi petani di kampung, ngurusin sawah warisan ayahnya" jawab ibu lagi.
Sejenak sang profesor terdiam dan tertegun, kemudian melanjutkan pertanyaannya dengan pelan dan hati-hati karena takut menyinggung perasaan si ibu, "Tentunya ibu kecewa yaa dengan anak sulung ibu, adik-adiknya sarjana dan bekerja dan sudah sukses, tapi anak sulung ibu malah jadi petani saja".
"Ohh..sama sekali saya tidak kecewa nak, malahan kami sekeluarga sangat menaruh rasa hormat kepada dia, karena dengan dia jadi petani, dari hasil sawahnya, dia membiayai semua kebutuhan hidup kami sekeluarga dan menyekolahkan adik-adiknya sampai mereka sukses" sahut si ibu dengan bangga.
Sang profesor kembali termenung, ternyata yang penting bukan apa dan siapa kita ini, tapi yang terpenting apa yang sudah kita perbuat. Sebuah pelajaran hidup yang mengajarkan agar kita melakukan yang terbaik untuk bisa dilakukan.