Melukis sebagai Terapi dan Ekspresi Diri
Selama masa pemulihan, Frida Kahlo mulai melukis untuk mengisi waktu dan mengalihkan pikirannya dari rasa sakit yang dialaminya. Ayahnya memberikan cat minyak dan kuas, serta memasang cermin di langit-langit tempat tidurnya agar ia bisa melihat dirinya sendiri saat melukis. Inilah yang memulai rangkaian potret diri yang kemudian menjadi ciri khas karya Kahlo.
Potret-potret diri Kahlo bukan hanya cerminan dari penampilannya, tetapi juga ekspresi dari penderitaan fisik dan emosional yang ia alami. Salah satu karya terkenalnya, "The Broken Column" (1944), menggambarkan dirinya dengan tubuh terbelah dan ditopang oleh kolom patah, penuh dengan paku yang menyimbolkan rasa sakitnya. Karya ini, seperti banyak karya lainnya, menggabungkan realisme dengan elemen-elemen fantastis dan simbolis yang mencerminkan pengaruh surealisme dan budaya Meksiko.
Kehidupan Pribadi dan Aktivisme
Pada tahun 1929, Frida Kahlo menikah dengan Diego Rivera, seorang pelukis mural terkenal. Hubungan mereka penuh dengan pasang surut, perselingkuhan, dan perbedaan pendapat, tetapi juga saling mendukung secara artistik. Pernikahan ini membawa Kahlo lebih dalam ke dalam lingkaran seni dan politik Meksiko, memperkenalkannya pada banyak seniman dan aktivis terkemuka.
Kahlo dan Rivera adalah pendukung kuat Partai Komunis Meksiko dan menggunakan seni mereka untuk menyuarakan pandangan politik mereka. Kahlo sering kali menggambarkan tema-tema sosial dan politik dalam karyanya, mengkritik kolonialisme, ketidakadilan sosial, dan mendukung identitas nasional Meksiko. Ia juga terlibat dalam berbagai kegiatan politik, termasuk menjadi anggota partai dan mendukung gerakan revolusioner.