Studi yang dilakukan Bavishi sendiri, berjudul A Chapter a Day: Association of Book Reading with Longevity, diterbitkan di jurnal Social Sciences & Medicine.
Dalam studinya, ia melihat 3.653 orang Amerika yang berusia di atas 50 tahun, selama 12 tahun.
Hasilnya, 33 persen dari mereka yang tidak membaca meninggal dunia. Namun dari mereka membaca lebih dari 3,5 jam per minggu, yang meninggal hanya 27 persen. “Karena itu, kami percaya ada koneksi kuat antara membaca dan panjangnya hidup,” ia menuturkan.
Peneliti juga mengontrol faktor-faktor lain seperti gaya hidup yang membuat partisipan studi itu meninggal dunia di luar membaca. Dari situ diketahui, membaca buku punya efek yang kurang lebih sama seperti keterampilan bermain musik atau belajar bahasa baru.
Wong menambahkan, membaca mungkin tidak punya koneksi langsung dengan hidup panjang, tapi aktivitas itu mengubah koneksi di otak yang bisa berdampak pada hidup yang lebih lama.