2. Pengaruh Lingkungan
Tidak hanya faktor genetik yang berkontribusi terhadap kepribadian seseorang, lingkungan juga dapat memiliki pengaruh yang signifikan. Sebuah studi yang berjudul Narcissistic Traits in Young People: Understanding the Role of Parenting and Maltreatment menemukan bahwa perlakuan yang terlalu protektif, pujian berlebihan, atau perlakuan berlebihan di masa kanak-kanak dapat menjadi faktor yang memengaruhi perkembangan sifat-sifat narsistik dan perasaan berhak.
Di sisi lain, ada juga individu yang memiliki sifat-sifat toksik karena mengalami trauma masa lalu. Kesulitan dalam mengelola stres dan kedukaan dapat menghasilkan gejala toksisitas terhadap orang lain.
3. Kondisi Kesehatan Mental
Meskipun tidak semua orang dengan sifat toksik memiliki gangguan kesehatan mental, bagi sebagian individu, kondisi seperti gangguan kepribadian, gangguan bipolar, atau gangguan stres pascatrauma dapat menjadi faktor utama dari perilaku toksik tersebut. Gejala seperti kemarahan yang tiba-tiba, keinginan akan pujian, mudah marah, dan kesombongan dapat menjadi indikasi dari kondisi kesehatan mental.
4. Mendapatkan Apa yang Diinginkan
Meskipun hal ini bukan merupakan akar penyebab dari perilaku toksik, namun bisa menjadi salah satu alasan mengapa perilaku ini terus berlanjut. Terkadang, kita melihat bahwa individu yang kejam, egois, dan manipulatif justru berhasil dalam karier dan keuangan. Meskipun kinerja mereka tidak lebih baik, individu dengan sifat toksik justru lebih mungkin untuk menerima gaji yang lebih tinggi dan dipromosikan ke posisi kepemimpinan.