Melakukan banyak hal secara bersamaan juga berpotensi besar meningkatkan tingkat stres dan kelelahan mental. Otak kita terus-menerus dipaksa untuk berpindah fokus, yang membutuhkan energi ekstra. Tekanan untuk menyelesaikan beberapa tugas sekaligus seringkali menimbulkan perasaan kewalahan dan kecemasan. Ketika perhatian kita terpecah, sulit untuk benar-benar mendalami satu tugas, dan ini bisa memicu rasa frustrasi.
Selain itu, multitasking juga bisa membuat kita sulit membedakan antara tugas yang penting dan yang kurang penting, sehingga semua terasa mendesak. Kondisi ini membuat pikiran terus-menerus dalam mode "on", tanpa jeda yang cukup untuk beristirahat. Akibatnya, kita jadi gampang lelah secara mental, mudah tersinggung, dan bahkan bisa mengalami burnout. Ini bukan hanya soal efisiensi kerja, tapi juga tentang menjaga kesehatan mental jangka panjang.
Dampak Negatif pada Konsentrasi dan Memori
Kebiasaan multitasking secara kronis juga bisa merusak kemampuan konsentrasi dan memori. Otak yang sering berpindah-pindah tugas akan terlatih untuk memiliki rentang perhatian yang lebih pendek. Sulit bagi seseorang yang terbiasa multitasking untuk fokus sepenuhnya pada satu tugas dalam waktu lama tanpa terdistraksi. Hal ini sangat merugikan, terutama untuk tugas-tugas yang membutuhkan pemikiran mendalam, analisis, atau kreativitas.
Selain konsentrasi, memori jangka pendek dan panjang juga bisa terpengaruh. Ketika kita tidak memberikan perhatian penuh pada informasi yang masuk, otak kesulitan untuk memproses dan menyimpannya dengan efektif. Akibatnya, kita jadi lebih mudah lupa, sulit mengingat detail, atau bahkan sulit untuk membentuk ingatan baru secara optimal. Ini ibarat mencoba mengisi ember bocor; sebagian besar air akan tumpah sebelum sempat tertampung.