Seseorang dengan potensi binge eating tidak menggunakan perilaku kompensasi seperti muntah atau olahraga berlebihan, yang membedakannya dari bulimia nervosa. Gangguan ini lebih fokus pada perilaku makan itu sendiri dan perasaan yang menyertainya.
Penyebab dan Faktor Risiko Potensi Binge Eating
Tidak ada satu penyebab tunggal dari binge eating. Kondisi ini biasanya merupakan interaksi kompleks antara faktor psikologis, biologis, dan lingkungan.
Faktor Emosional dan Psikologis: Banyak orang menggunakan makan sebagai mekanisme koping untuk mengatasi emosi negatif. Stres, depresi, kecemasan, atau trauma masa lalu bisa memicu episode binge eating. Seseorang mungkin merasa makanan memberikan kenyamanan sementara dari masalah yang dihadapi.
Faktor Biologis: Beberapa penelitian menunjukkan adanya keterkaitan genetik dan hormonal. Ketidakseimbangan zat kimia otak, seperti dopamin, yang terkait dengan perasaan senang, bisa berperan dalam pola makan ini.
Faktor Lingkungan dan Sosial: Lingkungan tempat tinggal atau pergaulan bisa jadi pemicu. Diet yang terlalu ketat atau restriktif bisa meningkatkan risiko binge eating. Ketika seseorang terlalu membatasi makanan tertentu, ada kecenderungan untuk "membalas dendam" dan makan berlebihan saat larangan tersebut dilanggar. Selain itu, tekanan sosial terkait berat badan atau bentuk tubuh juga bisa berkontribusi.
Dampak Potensi Binge Eating pada Kesehatan
Pola makan binge eating punya konsekuensi serius bagi kesehatan, baik fisik maupun mental:
Masalah Fisik: Pola makan ini bisa menyebabkan penambahan berat badan yang signifikan dan meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan penyakit jantung. Mengonsumsi makanan dalam jumlah besar sekaligus juga bisa menyebabkan masalah pencernaan seperti kembung, sakit perut, atau heartburn.
Masalah Mental dan Emosional: Siklus binge eating bisa memperburuk kondisi kesehatan mental yang mendasarinya. Rasa malu dan bersalah setelah makan berlebihan dapat memicu depresi dan kecemasan. Orang yang mengalami ini sering merasa malu dengan kebiasaan makannya dan cenderung menyembunyikannya, yang bisa mengarah pada isolasi sosial dan hubungan yang terganggu.