Morgan Stanley, salah satu lembaga keuangan asal Amerika Serikat (AS), dengan tegas menurunkan peringkat investasi di pasar modal Indonesia. Menurut mereka, pelemahan rupiah dan beban fiskal yang menantang di masa transisi pemerintahan yang baru merupakan alasan utama dibalik penurunan peringkat ini. Hal ini menjadi sorotan tajam, terutama dalam pandangan analis pasar modal dan investor yang tengah memantau perkembangan pasar saham Indonesia.
Para ahli strategi dari Morgan Stanley menyebutkan ketidakpastian jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan, serta tekanan di pasar valuta asing yang dihadapi Indonesia. Faktor-faktor ini didukung oleh tingginya suku bunga Amerika Serikat dan prospek dolar AS yang kuat. Pernyataan ini mencuat dalam catatan yang ditujukan kepada klien pada tanggal 10 Juni. Morgan Stanley menurunkan peringkat pasar saham Indonesia menjadi "underweight," yang berarti alokasi perusahaan Indonesia dalam portofolio pasar Asia dan negara berkembang milik mereka akan dikurangi.
Di sisi lain, kritikan dan penurunan peringkat Morgan Stanley ini menyoroti kinerja Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), terutama setelah pemberlakuan Full Call Auction (FCA). Beberapa pihak mempertanyakan kredibilitas bursa Indonesia, terutama setelah munculnya fenomena PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang meroket setelah melantai di bursa.