Berdasarkan sejarah, sarung telah ada sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha, dan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak abad ke-17. Sarung juga memiliki peran penting dalam unsur kebudayaan Melayu karena digunakan dalam setiap kegiatan adat Melayu, seperti pada acara pernikahan, kenduri, atau lebaran.
Pada masa kolonialisme Belanda, sarung juga memiliki makna tersendiri. Ketika penguasa kolonial Belanda menduduki bangsa Indonesia, pemakaian sarung menjadi salah satu bentuk perlawanan tak langsung yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Sarung menjadi simbol perlawanan terhadap dominasi budaya asing, sekaligus memperkuat identitas bangsa.
Identitas Perjuangan Melawan Penjajah
Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, sarung telah menjadi bagian dari identitas perlawanan terhadap penjajah. Sarung tidak hanya menjadi pakaian sehari-hari, tetapi juga menjadi lambang perjuangan. Para pejuang kemerdekaan Indonesia, seperti Soekarno, Hatta, dan para pejuang lainnya, sering kali mengenakan sarung sebagai simbol kebanggaan dan perlawanan terhadap penjajah.