Menariknya, tidak hanya nelayan perorangan, Desa Taar juga terdapat beberapa kelompok budidaya teripang, salah satunya adalah kelompok Salterai yang secara berkelanjutan menyebar 1.000 benih setiap tiga bulan sekali.
Pendamping kelompok Salterai, Pitjont Tomatala, menjelaskan bahwa kelompok ini aktif dalam praktik budidaya teripang mulai dari pemeliharaan benih hingga proses panen. Pitjont menekankan pentingnya perlunya pembudidayaan teripang untuk menjaga populasi karena praktik penangkapan yang tidak berkesinambungan.
Lebih jauh, Pitjont menjelaskan bahwa nilai jual teripang cukup tinggi. Untuk teripang berkualitas baik, harga jualnya berkisar antara Rp1,3 juta hingga Rp1,8 juta per kilogram. Sedangkan untuk teripang dengan kualitas lebih rendah, harganya berkisar antara Rp300 ribu hingga Rp400 ribu per kilogram.
"Saat ini, proses penjualan teripang hanya terbatas pada tahap pengumpulan. Namun, kami berharap dengan Kampung Budidaya Teripang, dapat terjadi peningkatan ekspor teripang tidak hanya ke pengumpul, tetapi juga ke luar daerah seperti Jawa. Dan jika ini berhasil, maka kegiatan ekspor teripang dari Maluku dapat terus berlanjut," ucap Pitjont.