“Sudah saatnya kita geser wajah pariwisata dari sekadar eksotisme menjadi ekosistem,” tegasnya.
Zita juga berharap Geopark Kebumen bisa menjadi model pengembangan wisata yang inklusif, edukatif, dan berkelanjutan. Menurutnya, wisatawan yang datang ke kawasan geopark harus diajak untuk tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga belajar menghormati dan berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan serta kearifan lokal masyarakat sekitar.
Pengakuan UNESCO terhadap Geopark Kebumen semakin menambah daftar panjang geopark Indonesia yang masuk dalam jaringan global, setelah sebelumnya ada Geopark Batur, Ciletuh, Gunung Sewu, dan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa potensi alam dan budaya Indonesia memang layak mendapat tempat di panggung dunia, asalkan dikelola dengan visi berkelanjutan.
Para pengamat pariwisata menyebut penetapan Geopark Kebumen sebagai peluang emas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui sektor ekonomi kreatif, pendidikan lingkungan, hingga konservasi. Namun, mereka juga mengingatkan pentingnya pengawasan agar kawasan ini tidak menjadi korban pariwisata massal yang tidak terkendali.
