Lebih lanjut, dokumen tersebut juga menyebutkan bahwa banyak anak tersebut diduga dipersiapkan oleh orang dewasa untuk melakukan tindakan seksual, bahkan melibatkan ketelanjangan, dengan imbalan hadiah virtual. Tak hanya itu, sebuah proyek internal yang disebut dengan nama Jupiter pada tahun 2021 menemukan bahwa pengguna Live juga digunakan oleh penjahat untuk mencuci uang, menjual narkoba, dan mendanai terorisme, termasuk oleh ISIS.
Sementara itu, sebuah studi internal yang dilakukan pada Desember 2023 mendokumentasikan apa yang diakui oleh TikTok sebagai 'kekejaman' mempertahankan fitur Live dengan risiko bagi anak di bawah umur, seperti yang disebutkan dalam pengaduan tersebut.
Kasus ini menunjukkan bahwa TikTok telah lalai dalam menangani isu terkait keamanan anak-anak dan eksploitasi seksual di platformnya.
Menurut penelitian dari American Academy of Child and Adolescent Psychiatry (AACAP), paparan terhadap konten seksual dapat berdampak negatif pada perkembangan remaja, meningkatkan risiko penyalahgunaan seks dan menimbulkan gangguan mental.
Selain itu, sebuah studi yang dilakukan oleh National Center for Missing & Exploited Children (NCMEC) menemukan bahwa ada peningkatan signifikan dalam penyalahgunaan aplikasi media sosial untuk tujuan eksploitasi seksual terhadap anak-anak. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ini bukan hanya terjadi di TikTok, tetapi juga tersebar luas di berbagai platform media sosial lainnya.