Walaupun hatinya penuh dengan duka, Tamara memutuskan untuk tidak menyerah pada kesedihan. Ia ingin memberikan yang terbaik untuk keluarganya, dan memastikan bahwa tradisi Lebaran tetap berjalan dengan baik. Setiap kali ia mengaduk adonan kue, ia mengingat senyum ceria putranya dan semangatnya yang selalu membawa kebahagiaan bagi keluarga.
Dalam proses membuat kue-kue Lebaran, Tamara mendapat dukungan penuh dari keluarga dan kerabat terdekatnya. Mereka mendengarkan curahan hati Tamara, membuatkan secangkir teh hangat, atau bahkan membantu dalam proses pembuatan kue. Semua itu ternyata menjadi pelipur lara bagi Tamara dalam menghadapi Lebaran tanpa kehadiran Dante.
Lebaran tahun ini pun tiba. Meskipun kehilangan yang begitu besar masih terasa, Tamara memutuskan untuk tetap merayakan Lebaran dengan penuh syukur. Kue-kue favorit Dante berhasil ia persiapkan dengan penuh kehati-hatian, sebagai wujud cintanya yang abadi pada putranya.
Kehilangan Dante telah membuat Lebaran menjadi begitu pilu bagi Tamara Tyasmara. Namun, dengan tekad yang kuat dan cinta yang mendalam, ia berhasil melewati masa-masa sulit tersebut. Kue-kue favorit dari mendiang putranya tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Lebaran keluarga Tyasmara, menjadi pengingat bahwa cinta abadi tidak akan pernah pudar, meskipun sang anak telah tiada.