Pengolok-olokan dan kecaman terhadap jemaat gereja Tesalonika semakin memanas, terlebih saat salah seorang warga membantah alasan ibadah di rumah tersebut, menyerukan agar mereka seharusnya beribadah di gereja. Namun, perwakilan jemaat tersebut menjelaskan bahwa gereja mereka telah kehilangan tempat ibadah karena habis kontraknya. Kejadian ini menunjukkan tantangan besar soal toleransi beragama di Indonesia, yang masih memerlukan upaya bersama untuk menciptakan harmoni antarumat beragama.
Lebih lanjut, peristiwa ini membuat pihak kepolisian sektor Teluk Naga angkat bicara. Kapolsek Teluk Naga, AKP Wahyu Hidayat, membenarkan kejadian pembubaran ibadah jemaat gereja Tesalonika, meskipun kejadian tersebut telah terjadi beberapa bulan lalu. Wahyu juga menegaskan bahwa peristiwa itu sudah diselesaikan secara kekeluargaan oleh kedua belah pihak, meskipun kembali menjadi perbincangan di media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa penyelesaian konflik antarumat beragama tetap menjadi fokus penting dalam memelihara keberagaman di Indonesia.