Tampang

Menggali Ajaran Tripitaka: Kitab Suci Agama Buddha

22 Jul 2024 11:30 wib. 169
0 0
Menggali Ajaran Tripitaka: Kitab Suci Agama Buddha
Sumber foto: google

Tripitaka, yang dikenal juga sebagai Tipitaka dalam bahasa Pali, merupakan kumpulan kitab suci yang menjadi landasan ajaran agama Buddha. Tripitaka secara harfiah berarti "tiga keranjang," merujuk pada tiga bagian utama yang membentuknya. Kitab suci ini berisi ajaran-ajaran Buddha yang diajarkan lebih dari 2.500 tahun yang lalu dan menjadi panduan bagi para biksu serta umat Buddha di seluruh dunia. Artikel ini akan mengupas isi dan makna dari ketiga bagian Tripitaka serta pentingnya kitab suci ini dalam kehidupan umat Buddha.

 Sejarah Tripitaka

Tripitaka pertama kali ditulis dalam bahasa Pali pada daun lontar sekitar abad pertama SM di Sri Lanka. Penulisan ini dilakukan untuk memastikan bahwa ajaran-ajaran Buddha tidak hilang atau terdistorsi seiring berjalannya waktu. Sebelumnya, ajaran-ajaran ini diteruskan secara lisan oleh para biksu. Tripitaka terdiri dari tiga bagian utama, yaitu Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka, dan Abhidhamma Pitaka, yang masing-masing memiliki fokus dan tujuan yang berbeda.

 Vinaya Pitaka

Vinaya Pitaka adalah bagian pertama dari Tripitaka yang berisi aturan-aturan disiplin bagi para biksu dan biksuni. Bagian ini sangat penting karena memberikan panduan moral dan etika yang harus diikuti oleh komunitas monastik. Vinaya Pitaka terdiri dari dua bagian utama: Suttavibhanga dan Khandhaka.

1. Suttavibhanga: Bagian ini menguraikan aturan-aturan dasar bagi para biksu (Patimokkha) dan biksuni, serta penjelasan rinci mengenai pelanggaran dan hukuman yang sesuai.
   
2. Khandhaka: Bagian ini menguraikan prosedur dan peraturan administratif untuk komunitas monastik, termasuk upacara penerimaan, tata cara hidup bersama, dan aturan untuk menjaga keharmonisan dalam komunitas.

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Partai Lebih Mengutamakan Aspirasi Rakyat atau Kekuasaan?