Dalam Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS), para pesohor media sosial atau yang kerap disebut 'influencer' ternyata mendapat bayaran melimpah dari tim kampanye calon presiden.
Baik dari pihak Republik maupun Demokrat, kampanye Donald Trump dan Kamala Harris terungkap telah menggelontorkan uang besar untuk memanfaatkan para influencer sebagai buzzer politik.
Proses ini menimbulkan kekhawatiran karena publik tidak diberi tahu secara transparan bahwa para influencer yang diikuti di platform media sosial dibayar untuk mendukung kandidat tertentu. Meningkatnya penggunaan influencer oleh tim kampanye politik juga menunjukkan perkembangan signifikan dalam pengaruh media sosial terhadap politik.
Menurut laporan The Washington Post, tidak semua postingan yang dibuat oleh influencer tersebut disertai keterangan 'berbayar'. Data dari Billion Dollar Boy and Censuswide pun menunjukkan bahwa 39% kreator di AS didekati untuk menciptakan konten politik berbayar. Hal ini mencerminkan upaya untuk memotivasi audiens agar menggunakan hak suaranya demi memenangkan kandidat tertentu, menurut EMarketer.