Kedua, dengan menggandeng Megawati, Prabowo juga bisa menetralisir tekanan dari Jokowi. Ini mirip dengan strategi Jokowi selama jadi presiden. Jokowi menggandeng parpol-parpol lain, juga kalangan TNI AD, terutama Luhut Binsar Panjaitan (LBP) dan gengnya untuk menghadapi penetrasi Megawati selama sepuluh tahun menjadi presiden. Strategi ini tidak hanya sukses, tapi juga berhasil mengalahkan capres yang diusung Megawati dan sekaligus menurunkan suara PDIP di pemilu 2024.
Kenapa Jokowi berkepentingan untuk menurunkan suara PDIP, sebagaimana pengakuan Andi Widjajanto, mantan Gubernur Lemhanas itu? Sebab, kekuatan PDIP adalah ancaman bagi pemerintahan yang didukung oleh Jokowi. Dalam hal ini adalah Prabowo-Gibran. Di sisi lain, Jokowi telah gagal menjadikan PDIP di posisi kedua atau ketiga. Pemilu 2024, PDIP tetap menjadi pemenangnya dan menempati posisi nomor satu.
Dengan dominannya Jokowi atas Prabowo saat ini dan jumlah kursi partai pengusung Prabowo-Gibran yang kalah besar dengan parpol pengusung pihak lawan, maka mengajak Magawati gabung adalah pilihan yang amat penting dan harus ditempuh. Bagaimanapun caranya. Kalau semua parpol pengusung paslon 01 dan 03 menyatakan sepakat tidak bergabung dengan Prabowo, maka ini akan benar-benar merepotkan dan bisa menjadi bumerang bagi pemerintahan Prabowo-Gibran. Apalagi, pilpres 2024 diyakini oleh para pendukung paslon 01 dan 03 diwarnai kecurangan.
Hingga hari ini, Megawati belum membuat keputusan. Kelihatannya cenderung lebih memilih oposisi. Indikatornya? Pertama, Ganjar-Mahfud tidak hadir dalam penetapan pemenang pilpres 2024 oleh KPU. Bahkan mereka menyatakan bahwa demi menjaga etika politik Ganjar dan Mahfud tidak akan ikut gabung ke pemerintahan Jokowi.
Kedua, PDIP sedang mengajukan gugatan ke PTUN atas dugaan "abuse of power". Ini sinyal kuat PDIP untuk memilih jalan oposisi.
Sementara Nasdem mulai kelihatan cukup genit dalam bermanuver. PKB intens komunikasi dengan pihak Prabowo. Kedua partai ini mencoba menawarkan PKS untuk ikut gabung di tengah resistensi parpol pendukung Prabowo-Gibran kepada partai dakwah ini. Hingga hari ini, belum ada komunikasi Prabowo dengan PKS. Baik presiden PKS maupun ketua Majlis Syura PKS.