“Keputusan-keputusan ceroboh ini tak mempedulikan saran para ahli dan enggan untuk berdialog. Kebijakan ini bukan hanya merusak hubungan internasional, tetapi juga menghancurkan upaya-upaya perdamaian yang telah lama diusahakan di kawasan ini,” tegas Al-Saadoun.
Usulan Netanyahu untuk mendirikan negara Palestina di Arab Saudi sebelumnya telah menarik perhatian internasional. Sebagai negara yang selama ini menjadi pendukung kuat perjuangan Palestina, Arab Saudi tentu saja menolak keras gagasan ini. Saran Netanyahu dianggap sebagai upaya untuk menggulingkan posisi Palestina yang telah diperjuangkan oleh negara-negara Arab selama puluhan tahun, serta sebagai ancaman terhadap stabilitas regional.
Sementara itu, kebijakan AS di bawah kepemimpinan Trump terus menuai kecaman dari berbagai negara di kawasan Timur Tengah. Sejumlah langkah kontroversial, termasuk pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan rencana perdamaian yang dianggap pro-Israel, semakin memperburuk hubungan antara AS dan negara-negara Arab, termasuk Arab Saudi.
Balasan tajam dari Al-Saadoun menunjukkan bahwa ketegangan antara negara-negara Arab dan Israel, serta keterlibatan AS dalam isu Palestina, masih jauh dari titik temu. Sementara itu, solusi dua negara yang telah lama diajukan oleh komunitas internasional tampaknya semakin sulit untuk tercapai di tengah sikap keras dari pihak-pihak yang terlibat.