Operasi Condor adalah salah satu episode paling gelap dalam sejarah hubungan internasional, khususnya bagi Amerika Latin selama pertengahan abad ke-20. Program ini melibatkan jaringan intelijen yang dibentuk oleh sejumlah negara di benua tersebut dengan dukungan dari CIA, yang saat itu menjadi agen utama dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Tujuan operasi ini adalah untuk mengkoordinasikan reaksi terhadap ancaman komunis dan menanggulangi pergerakan kiri di seluruh Amerika Latin yang dianggap sebagai ancaman bagi kepentingan politik dan ekonomi AS.
Setelah Perang Dunia II, banyak negara di Amerika Latin mengalami pergolakan politik dalam upaya mencari bentuk pemerintahan yang ideal. Banyaknya kudeta militer yang terjadi di benua ini menghasilkan munculnya berbagai rezim diktator yang didukung oleh Amerika Serikat. Para pemimpin ini, sering kali menggunakan kekuatan otoriter untuk menumpas oposisi politik dan menegakkan kontrol mereka. Dengan bantuan CIA, berbagai penguasa diktator ini diberi pelatihan dalam taktik pelecehan, penyiksaan, dan penghilangan paksa terhadap siapa pun yang dianggap sebagai ancaman.
Salah satu contoh paling mencolok dari operasi ini adalah di Chile ketika Jenderal Augusto Pinochet mengambil alih kekuasaan melalui kudeta militer pada tahun 1973. CIA memberikan dukungan yang signifikan dalam menggulingkan pemerintahan demokratis Salvador Allende, yang dikenal sebagai sosialis. Pinochet kemudian menjalankan rezim represif, di mana ribuan orang dilaporkan hilang dan banyak yang disiksa. Operasi Condor berfungsi sebagai kerangka kerja bagi rezim-rezim otoriter lainnya di negara-negara seperti Argentina, Uruguay, Paraguay, Bolivia, dan Brasil untuk bertukar informasi dan melakukan tindakan teror terhadap lawan politik atau aktivis yang dianggap membahayakan stabilitas mereka.