Sementara, mahasiswa berinisial DA yang didorong dalam oleh dosen dalam video itu menyebut bahwa awalnya dirinya bersama rekan-rekannya hendak menemui Rektor UNM untuk menyampaikan beberapa aspirasi terkait kebijakan kampus. "Sebenarnya kami mau menyampaikan beberapa hal ke Rektor secara langsung, soal kewajiban beli almamater, soal SK peninjauan UKT, soal kewajiban kursus mahir dasar (KMD) pramuka di prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)," jelas DA.
DA yang juga merupakan mahasiswa di Prodi PGSD UNM datang secara baik-baik ke menara Pinisi UNM hingga akhirnya bertemu dengan rombongan dosen. "Karena tidak ada kepastian makanya kami memutuskan untuk turun doorstop langsung ke bawah bertemu rektor. Tidak ada maksud untuk memprovokasi , mencaci maki rektor ataupun dosen lain," ucap DA. DA bahkan dituduh sebagai calo dan bukan mahasiswa almamater oranye tersebut. "Tiba-tiba saya di tuduh sebagai calo, buka mahasiswa UNM, makanya di video itu saya dimintai kartu tanda mahasiswa jadi saya diperlihatkan saya memang mahasiswa UNM," tandasnya.
Insiden ini pun menjadi peringatan bagi seluruh perguruan tinggi untuk lebih memperhatikan budaya komunikasi yang sehat di lingkungan akademik. Pendidik seharusnya mampu mengelola emosi dan menanggapi kritik secara profesional, sementara mahasiswa juga seharusnya menyampaikan pendapatnya dengan cara yang baik dan santun. Konflik dalam diskusi adalah hal yang wajar, namun penyelesaiannya haruslah dilakukan secara bijaksana dan tanpa adanya tindakan kekerasan.