Setiap peningkatan kategori badai ini sesuai dengan peningkatan sekitar empat kali lipat dalam potensi kerusakan. Hal ini membuat dampak dari badai tersebut semakin merusak dan mengancam kehidupan manusia.
Tidak hanya itu, intensitas badai terus meningkat seiring dengan pemanasan global. Sebuah pendekatan analitis baru telah memungkinkan para peneliti untuk melacak jalur badai tertentu. Pada titik puncak intensifikasi Badai Milton sebelum pendaratan, perubahan iklim membuat suhu permukaan laut yang hangat 100 kali lebih mungkin terjadi daripada biasanya, dan meningkatkan kecepatan angin maksimum hingga 24 mph.
Studi tersebut juga menemukan bahwa sebanyak 84% badai selama periode 2019 hingga 2023 diperkuat secara signifikan oleh pemanasan laut yang disebabkan oleh manusia. Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya tahun 2024, tetapi peningkatan intensitas badai telah menjadi tren yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Lebih jauh lagi, para peneliti menyatakan bahwa metode yang digunakan dalam studi ini dapat diterapkan pada siklon tropis secara global. Hal ini menunjukkan bahwa dampak perubahan iklim terhadap intensitas badai tidak hanya terjadi di Cekungan Atlantik, tetapi juga di berbagai belahan dunia.
Ahli iklim Friederike Otto dari Imperial College London, yang juga memimpin World Weather Attribution, memberikan apresiasi terhadap hasil studi ini. Ia menilai bahwa metodologi yang digunakan oleh tim peneliti dalam melampaui studi sebelumnya yang terutama menghubungkan perubahan iklim dengan curah hujan yang terkait dengan badai.