Selain geosmin, bau petrichor juga diperkaya oleh minyak tumbuhan yang terakumulasi di antara bebatuan dan permukaan tanah selama musim kemarau. Ketika hujan datang, minyak-minyak ini juga ikut terlepas dan bercampur dengan geosmin. Ada pula kontribusi dari ozon, terutama saat terjadi badai petir. Petir dapat memecah molekul oksigen dan nitrogen di atmosfer, membentuk ozon, yang memiliki bau segar dan clorine-like yang samar, menambah kompleksitas aroma hujan. Jadi, petrichor adalah gabungan harmonis dari aroma tanah, minyak tumbuhan, dan sedikit sentuhan ozon.
Koneksi Evolusioner dan Respons Otak
Mengapa aroma ini memicu rasa tenang atau nyaman? Ada beberapa teori yang coba menjelaskan hubungan antara bau petrichor dan respons emosional kita. Salah satunya adalah koneksi evolusioner. Bagi nenek moyang kita, hujan adalah pertanda kehidupan. Hujan berarti air untuk minum, pertumbuhan tanaman, dan kelangsungan hidup. Jadi, bau hujan mungkin secara instansial diasosiasikan dengan kelangsungan hidup dan kemakmuran, memicu respons positif dalam otak kita. Aroma ini menjadi sinyal bawah sadar bahwa masa-masa kering akan segera berakhir dan sumber daya vital akan tersedia.
Selain itu, indra penciuman kita terhubung langsung ke sistem limbik di otak, area yang bertanggung jawab atas emosi, memori, dan motivasi. Tidak seperti indra lainnya yang harus melewati talamus terlebih dahulu, sinyal bau langsung menuju korteks olfaktori utama, yang berdekatan dengan amigdala (pusat emosi) dan hipokampus (pusat memori). Inilah mengapa bau tertentu dapat memicu ingatan yang sangat jelas dan emosi yang kuat secara instan. Bau petrichor bisa jadi memicu kenangan masa kecil yang menyenangkan, momen relaksasi, atau perasaan aman, yang secara tidak sadar dikaitkan dengan kedatangan hujan.