“Soal-soal ke depan tidak lagi hanya mengandalkan hafalan, tapi berbasis kemampuan berpikir tingkat tinggi,” jelas Mu’ti. Dengan pendekatan ini, jawaban siswa diharapkan berasal dari hasil analisis dan pemikiran mandiri, sehingga tidak memungkinkan untuk menyontek.
2. Dorong Sistem Pembelajaran Kualitatif
Mu’ti juga menyoroti bahwa sistem pendidikan di Indonesia masih terlalu berbasis kuantitatif, baik dalam proses pembelajaran maupun penilaian. Hal ini membuat siswa cenderung mengejar nilai, bukan pemahaman.
Sebagai solusi, pemerintah akan perlahan-lahan mengubah pendekatan menjadi pembelajaran yang lebih kualitatif, di mana penilaian berfokus pada proses berpikir, pemahaman materi, dan penerapan konsep dalam kehidupan nyata.
“Kita akan geser orientasi pembelajaran menjadi lebih kualitatif. Ini akan membangun budaya belajar yang sehat,” tegas Mu’ti.