Tampang.com | Hari Raya Idul Fitri adalah momen istimewa untuk berkumpul dengan keluarga besar. Namun, bagi sebagian orang, pertemuan ini juga bisa menjadi ajang pertanyaan yang kurang nyaman, seperti "Kapan menikah?" atau "Kapan punya anak?". Pertanyaan ini kerap membuat banyak orang merasa tertekan dan enggan menghadiri acara keluarga.
Mengapa Pertanyaan "Kapan Menikah?" Sering Muncul?
Menurut para psikolog, budaya di Indonesia masih menganggap pernikahan sebagai tolok ukur kedewasaan dan kesuksesan seseorang. Ada beberapa alasan mengapa pertanyaan ini terus muncul dalam momen seperti Lebaran:
-
Pernikahan dianggap sebagai fase penting dalam hidup
Banyak orang menganggap bahwa setelah lulus kuliah atau memiliki pekerjaan, langkah berikutnya adalah menikah.
-
Tekanan sosial dan ekspektasi keluarga
Beberapa orang tua merasa "belum lengkap" jika anak mereka belum menikah, terutama dalam budaya Jawa yang meyakini bahwa orang tua baru dianggap "orang tua sebenarnya" setelah anaknya menikah.
-
Kontrol sosial dari masyarakat
Orang yang belum menikah sering kali mendapat stigma, seperti dianggap tidak laku atau terlalu pemilih.
-
Keluarga besar merasa ikut bertanggung jawab
Beberapa kerabat mungkin merasa memiliki tanggung jawab moral untuk "membantu" seseorang segera menikah dengan menanyakan pertanyaan ini.