Menurut Matt Pearl, Direktur yang berfokus pada isu teknologi di Center for Strategic and International Studies, fenomena ini mencerminkan kemampuan pedagang China dalam menjangkau konsumen AS. Selain itu, ini juga menunjukkan ketergantungan AS terhadap barang-barang yang diproduksi di China, yang bahkan melampaui batas hubungan perdagangan antar negara.
Peningkatan jumlah video yang mendorong warga AS untuk membeli produk langsung dari pabrik China sangat signifikan. Data dari analisis Graphika menunjukkan bahwa video yang mempromosikan produk-produk dari pabrik China meningkat sebanyak 250% pada pekan hingga 13 April 2025. Di platform TikTok, tagar #ChineseFactory (Pabrik China) mengumpulkan lebih dari 29.500 unggahan hingga 23 April 2025, sementara di Instagram jumlahnya mencapai 27.300 unggahan.
Namun, para ahli ritel dan vendor di China mengingatkan bahwa video-video viral ini kemungkinan besar mempromosikan produk-produk palsu. Sejumlah analis menyatakan bahwa pabrik-pabrik yang memproduksi barang-barang mewah seperti Lululemon dan Hermes biasanya telah menandatangani perjanjian kerahasiaan yang ketat. Oleh karena itu, sangat tidak mungkin bagi mereka untuk memproduksi barang-barang yang mirip dengan merek terkenal tanpa merusak hubungan jangka panjang mereka dengan perusahaan-perusahaan besar tersebut.
Seiring dengan semakin populernya video viral dari pedagang China, beberapa ahli menyebutkan bahwa pemerintah China mungkin sengaja membiarkan fenomena ini terjadi. Hal ini dikarenakan ketertarikan mereka yang rendah terhadap kepentingan merek-merek mewah luar negeri, seperti Lululemon atau Chanel. Di sisi lain, beberapa pedagang China juga terdesak untuk segera menutup penjualan mereka sebelum tarif baru yang akan diberlakukan pada 2 Mei 2025.
Para pedagang China yang berjualan produk tiruan ini mengungkapkan bahwa mereka mulai memposting video pada awal 2025 setelah penjualan mereka anjlok akibat dampak tarif yang dikenakan pemerintah Trump. Yu Qiule, pemilik pabrik di Shandong, mengatakan bahwa ia berharap dapat menjangkau lebih banyak konsumen setelah gelombang pembatalan pesanan terjadi di pabriknya akibat tarif yang tinggi. Tidak jauh berbeda, Louis Lv dari Hongye Jewelry Factory di Zhejiang mengungkapkan bahwa mereka mulai mempromosikan produk mereka melalui TikTok pada akhir 2024 setelah penurunan penjualan domestik.