Landasan lain dari Revolusi Hijau Kedua adalah penekanan pada praktik pertanian berkelanjutan dan regeneratif. Pertanian organik, agroforestri, dan sistem terpadu tanaman-ternak semakin mendapatkan perhatian sebagai alternatif yang layak untuk pertanian monokultur konvensional. Praktik-praktik ini tidak hanya mempromosikan kesehatan tanah dan keanekaragaman hayati tetapi juga berkontribusi pada mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Dengan memelihara agro-ekosistem yang sehat dan tangguh, petani dapat meningkatkan produktivitas jangka panjang dan mengurangi ketergantungan mereka pada input sintetis.
Selain itu, Revolusi Hijau Kedua ditandai dengan semakin meningkatnya penekanan pada transfer pengetahuan dan pembangunan kapasitas. Petani kecil, yang merupakan sebagian besar tenaga kerja pertanian dunia, diberdayakan dengan informasi, pelatihan, dan sumber daya untuk mengadopsi praktik pertanian modern. Akses ke benih yang lebih baik, sistem irigasi yang efisien, dan pengetahuan yang relevan memberi petani alat untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka, yang pada akhirnya berkontribusi pada pengentasan kemiskinan dan pembangunan pedesaan.
Revolusi Hijau Kedua bukan hanya lompatan dalam produksi pertanian; itu adalah perjalanan transformasional menuju sistem pangan yang lebih berkelanjutan dan tangguh. Dengan mengintegrasikan teknologi, praktik berkelanjutan, dan penyebaran pengetahuan, revolusi ini memiliki potensi untuk memastikan keamanan pangan, melindungi sumber daya alam, dan memberdayakan komunitas pertanian. Namun, penting untuk mengatasi tantangan seperti akses yang adil terhadap teknologi, dukungan kebijakan, dan peluang pasar untuk sepenuhnya mewujudkan potensi revolusi ini.