2. Panggilan Spiritual dan Pelayanan Gerejawi
Setelah ditahbiskan sebagai pendeta Anglikan pada tahun 1960, Tutu kembali ke Afrika Selatan dan aktif dalam pelayanan gerejawi di berbagai gereja. Dia terkenal karena khotbahnya yang tajam dan suaranya yang gigih menentang ketidakadilan apartheid. Posisinya dalam gereja memberinya platform moral yang kuat untuk mengadvokasi perdamaian, kesetaraan, dan hak asasi manusia.
3. Aktivisme Anti-Apartheid
Desmond Tutu menjadi salah satu pemimpin terkemuka dalam gerakan anti-apartheid di Afrika Selatan. Dia berjuang secara terbuka melawan kebijakan rasial yang merampas hak-hak dasar rakyatnya. Tutu sering kali mengecam keras tindakan pemerintah apartheid dan menyuarakan kebutuhan akan perubahan sosial yang mendalam dan inklusif di negaranya.
4. Peran dalam Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
Setelah runtuhnya apartheid, Tutu diangkat sebagai ketua Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, sebuah badan yang bertugas untuk mengungkap kebenaran tentang kejahatan apartheid dan memfasilitasi proses rekonsiliasi nasional. Melalui komisi ini, Tutu memainkan peran penting dalam mempromosikan perdamaian dan rekonsiliasi di Afrika Selatan pasca-apartheid.