Pope Francis juga menyoroti isu-isu global seperti perubahan iklim dan ketidakadilan ekonomi. Dalam ensikliknya "Laudato si'" yang diterbitkan pada tahun 2015, ia menyerukan tindakan global untuk melawan kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Ensiklik ini menekankan bahwa perlindungan lingkungan adalah tanggung jawab moral dan spiritual, yang harus diambil dengan serius oleh setiap individu dan negara.
3. Interaksi dengan Agama dan Budaya Lain
Pope Francis dikenal karena pendekatannya yang bersahabat dan inklusif terhadap agama dan budaya lain. Ia sering kali terlibat dalam dialog antaragama dan mendorong perdamaian dan pemahaman antara komunitas-komunitas yang berbeda. Misalnya, kunjungannya ke Mesir pada tahun 2017 dan pertemuannya dengan Imam Besar Al-Azhar, Ahmed el-Tayeb, merupakan langkah penting dalam mempererat hubungan antara Katolik dan Muslim.
Selain itu, Pope Francis juga aktif dalam upaya menciptakan pemahaman yang lebih baik antara Gereja Katolik dan orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda. Ia telah berbicara tentang pentingnya menerima dan menghargai keragaman sebagai bagian dari kekayaan umat manusia, serta berusaha mempromosikan dialog yang saling menghormati di seluruh dunia.
4. Tantangan dan Kontroversi
Meskipun banyak pujian yang diterima, kepemimpinan Pope Francis tidak tanpa kontroversi. Beberapa kebijakan dan pandangannya, terutama yang berkaitan dengan reformasi gereja dan isu sosial, telah menimbulkan perdebatan di kalangan umat Katolik dan pengamat luar. Beberapa kelompok konservatif merasa bahwa langkah-langkah reformasi yang diambilnya terlalu jauh dan bisa merusak tradisi gereja, sementara kelompok progresif mungkin merasa bahwa perubahan tersebut tidak cukup cepat atau mendalam.