Selain populasi yang sangat besar pesawat ini juga memiliki sejarah yang sangat panjang, dari lima ribu unit yang diproduksi pada tahun 1933, yang sempat dimiliki Indonesia pada tahun 1945 mencapai 50 unit dari 50 unit pada tahun itu yang bisa diterbangkan hanya tiga unit.
Setelah Indonesia merdeka, presiden Pertama Republik Indonesia Ir Soekarno mengharuskan Indonesia memiliki TNI AU dengan modal pesawat cureng peninggalan Jepang tersebut. Pada tanggal 20 Oktober 1945 Soekarno memerintahkan dan menunjuk Surya Darma sebagai ketua TKR Angkatan Udara. untuk menerbangkan pesawat Cureng dan mendapatkan perintah untuk mengambil kekuasaan angkatan udara yang sempat dikuasai Belanda yaitu di Andir (yang saat ini menjadi Lanud Husen Sastra Negara).
Surya Darma merupakan salah seorang penerbang asal Jawa Barat yang ikut membom Berlin bersama angkatan senjata Belanda pada perang dunia ke dua. Yang membaggakan, pusat pangkalan udara yang pertama di Indonesai ialah di Jawa Barat.
Pada tanggal 26 Oktober setelah memastikan pesawat Cureng bisa terbang, perintah selanjutnya untuk pesawat ini membom Salatiga salah satu panggkalan tangki Belanda denga segala kekurangannya. Yang menjadi spesial dari pesawat ini ialah sebagai simbolis keberhasialan TNI AU Indonesia dalam menjalankan misi mempertahankan Indonesia.
Disebutkan Heri pesawat yang penuh dengan sejarah ini populasinya tinggal satu di dunia yang di simpan di musium Satria Mandala Jakarta. ”Dengan semangat ideologi yang dimiliki pesawat Cureng ini sehingga KASAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, mencoba mereparasi pesawat ini dengan dibantu penasihat engineering DANKOHARMATAU -Marsda TNI I. Tryandono, Penanggung Jawab KADISAEROAU Marsma TNI Dento Priyono,” sambungnya.