Dalam menyikapi ancaman tarif tersebut, Zafrul menyatakan bahwa Amerika Serikat merupakan mitra perdagangan terbesar ketiga bagi Malaysia. Perusahaan-perusahaan Amerika Serikat juga menjadi investor utama di sektor industri semikonduktor di Malaysia. Kontribusi Malaysia terhadap industri pengemasan dan uji coba chip global mencapai 13 persen, menunjukkan ketergantungan keduabelah pihak satu sama lain.
Meskipun begitu, penerapan tarif 100 persen dapat berdampak buruk bagi kedua belah pihak yang saling bergantung. Hal ini dapat mengganggu rantai pasok global dan mempengaruhi stabilitas ekonomi di berbagai negara.
Zafrul menyampaikan bahwa negara-negara BRICS telah mempertimbangkan potensi untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap mata uang tradisional seperti dolar Amerika Serikat. Namun, hingga saat ini belum ada keputusan resmi terkait de-dolarisasi di kalangan negara-negara BRICS.
Perdebatan mengenai penggunaan mata uang pengganti dolar Amerika Serikat semakin meningkat di kalangan anggota BRICS. Hal ini disebabkan oleh perlakuan sanksi yang diberlakukan oleh negara-negara Barat terhadap Rusia, salah satu anggota BRICS, akibat tindakan militer yang dilakukan di Ukraina.