Di sisi lain, Uni Eropa juga telah menetapkan target ambisius untuk produksi mineral dalam negeri, termasuk tanah jarang, dalam rangka transisi hijau menuju energi terbarukan. Permintaan LTJ dari Uni Eropa diprediksi akan melonjak enam kali lipat pada tahun 2030 dan hingga tujuh kali lipat pada tahun 2050. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pasokan LTJ untuk mendukung perkembangan teknologi terbarukan di dunia.
China tidak hanya membuat aturan terkait pengelolaan pasokan LTJ, tetapi juga akan membentuk sistem informasi penelusuran produk tanah jarang yang akan berlaku mulai 1 Oktober 2024. Langkah ini mengharuskan perusahaan pertambangan, peleburan, pemisahan tanah jarang, dan ekspor produk LTJ untuk membuat sistem pencatatan aliran produk secara jujur. Dengan adanya sistem ini, diharapkan transparansi dalam penelusuran pasokan LTJ dapat terjamin, serta memastikan kepatuhan perusahaan terhadap aturan yang diberlakukan.
Selain itu, peraturan China juga melarang ekspor teknologi untuk pembuatan magnet tanah jarang serta teknologi untuk mengekstraksi dan memisahkan tanah jarang. Langkah ini mencerminkan upaya China untuk menjaga kontrol atas teknologi terkait LTJ dan meningkatkan nilai tambah produk tersebut di dalam negeri.