Di banyak negara, memilih nama untuk anak adalah hak prerogatif orang tua. Namun, tidak di semua tempat kebebasan itu tanpa batas. Beberapa negara punya aturan ketat yang melarang nama bayi tertentu. Aturan ini mungkin terlihat aneh atau berlebihan bagi sebagian orang, tapi di balik itu ada alasan yang kuat, mulai dari perlindungan anak hingga menjaga identitas budaya dan norma sosial. Pembatasan ini bukan tanpa tujuan, melainkan bagian dari kerangka hukum yang lebih besar untuk memastikan kesejahteraan dan integrasi sosial warga negaranya.
Mencegah Diskriminasi dan Memastikan Kesejahteraan Anak
Alasan paling utama dari larangan ini adalah untuk melindungi anak dari diskriminasi, bullying, dan kesulitan hidup di masa depan. Nama adalah bagian dari identitas. Nama yang terlalu aneh, lucu, atau bermakna buruk bisa membuat anak menjadi bahan ejekan. Misalnya, di Portugal, nama "Tomat" dilarang karena dianggap konyol. Di Meksiko, nama seperti "Rambo" atau "Batman" juga dilarang karena dinilai bisa memicu ejekan.
Pemerintah berpendapat bahwa anak-anak punya hak untuk memiliki nama yang bermartabat dan tidak menimbulkan masalah sosial. Nama yang terlalu rumit, sulit dieja, atau tidak sesuai dengan jenis kelamin juga bisa menyebabkan kesulitan dalam dokumen resmi, sekolah, atau bahkan saat melamar pekerjaan. Larangan ini adalah bentuk intervensi negara untuk memastikan anak punya awal yang adil tanpa beban dari nama yang kontroversial.
Menjaga Norma Budaya dan Ketaatan Beragama
Di beberapa negara, larangan nama tertentu didasarkan pada norma budaya dan agama. Misalnya, di Maroko, ada daftar nama yang disetujui yang sebagian besar berasal dari tradisi Arab-Muslim. Nama-nama non-tradisional yang dianggap tidak sesuai dengan budaya lokal seringkali ditolak. Hal serupa terjadi di Arab Saudi.