Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta lembaga-lembaga terkait lainnya, perlu melakukan langkah-langkah preventif untuk memastikan bahwa kasus semacam ini tidak akan terulang di masa depan. Penyaringan ketat terhadap tenaga pendidik, pelatihan khusus tentang perlindungan anak, dan pengawasan yang ketat terhadap lingkungan pendidikan menjadi hal-hal yang harus ditingkatkan.
Selain itu, penting juga untuk mengedukasi masyarakat, terutama orangtua dan wali murid, tentang tanda-tanda pelecehan seksual yang perlu diwaspadai. Memberikan pemahaman yang jelas tentang hak-hak dan perlindungan anak juga menjadi bagian penting dari upaya pencegahan pelecehan seksual di lingkungan pendidikan.
Kasus ini juga menyoroti perlunya kerjasama antara lembaga pendidikan, kepolisian, dan komunitas dalam menangani kasus pelecehan seksual. Koordinasi yang baik dan sinergi antarlembaga dapat mempercepat proses penanganan kasus dan memberikan perlindungan yang lebih efektif bagi korban.
Perlindungan terhadap korban juga harus menjadi prioritas utama dalam penanganan kasus-kasus pelecehan seksual. Adanya layanan konseling dan pendampingan bagi korban, serta upaya untuk mendukung pemulihan korban, harus dijamin oleh pihak-pihak terkait untuk memberikan rasa aman dan keadilan bagi korban.
Penting untuk diingat bahwa kasus pelecehan seksual, terutama terhadap anak-anak, memiliki dampak psikologis yang sangat berat. Oleh karena itu, penanganan dan pendampingan yang tepat dan sensitif sangat penting untuk membantu korban pulih dari trauma yang mereka alami.
Dalam konteks ini, sanksi hukum yang tegas juga diperlukan sebagai bentuk keadilan bagi korban dan juga sebagai upaya untuk mencegah tindakan pelecehan seksual di masa mendatang. Sanksi yang tegas dan efektif dapat menjadi pelajaran bagi pelaku serta memberikan efek jera bagi pihak lain yang mungkin berniat untuk melakukan tindakan serupa.