Namun, bukan hanya seni yang menjadi fokus Robeson. Dia juga seorang aktivis yang vokal dalam memperjuangkan hak-hak sipil dan kemanusiaan. Pada tahun 1930-an dan 1940-an, Robeson aktif terlibat dalam gerakan anti-fasis dan mendukung perjuangan kebebasan di seluruh dunia. Dia percaya bahwa seni dan aktivisme tidak bisa dipisahkan, dan bahwa seniman memiliki tanggung jawab untuk berbicara melawan ketidakadilan.
Pada tahun 1940-an, Robeson menjadi target serangan dari pemerintah Amerika Serikat karena pandangan politiknya yang progresif dan dukungannya terhadap Uni Soviet. Dia dilarang untuk tampil di banyak tempat, paspornya dicabut, dan dia diasingkan dari banyak rekan-rekannya di dunia seni. Namun, semua tekanan ini tidak menghentikan Robeson. Dia terus berbicara menentang rasisme, kolonialisme, dan ketidakadilan di berbagai forum internasional.
Salah satu momen penting dalam perjuangan Robeson adalah pidatonya di United Nations pada tahun 1950, di mana dia menyuarakan dukungan untuk negara-negara Afrika yang berjuang untuk merdeka dari kolonialisme. Dia juga menjadi pendukung setia gerakan hak-hak sipil di Amerika Serikat, bekerja sama dengan tokoh-tokoh seperti Martin Luther King Jr. dan W.E.B. Du Bois.